wellcome to my blog
enjoy for reading
“Selamat pagi tuan putri!” ucap Irwan
sambil membuka gorden yang terdapat di kamar Kia, mereka berdua sudah dari
kecil sahabatan. Kia adalah seorang penulis muda yang berbekat, sementara Irwan
hanya seorang Mahasiswa yang memiliki hoby photography. Tidak ada yang istimewa
dari seorang Irwan yang tumbuh bersama dengan Kia. Tapi bak seperti adik-kakak
Irwan dan Kia kemana-mana selalu bareng, contohnya saat liburan kali ini.
“IRWAN!” teriak Kia dari balik selimutnya
yang tebal itu, tanpa basa basi Irwan langsung mematikan AC di kamar itu.
“Ayo dong ki, bangun!” ucap Irwan sambil
menarik selimut Kia dengan paksa.
“Wan? Tau hari ini hari apa?” tanya Kia sambil merem-melek.
“Hooh” angguk Irwan dengan kencang, “Hari
ini minggu kan!” ucap Irwan enteng dan tidak merasa ada hal aneh apa yang
terjadi.
“Itu tandanya Kamu harus membiarkan aku
melakukan Ritual langka ini!” ucap Kia sambil menarik kembali selimutnya, “Dan
satu lagi tinggalin aku sendiri!” ucap
Kia dengan nada yang sangat tegas.
“Heh, ngapain juga kita kesini kalau kamu
Cuma tidur doang!” ucap Irwan yang kembali menarik selimut Kia, “Gimana kamu
mau dapat jadoh kalau kamu bangunnya jam segini!” ucap Irwan dengan nada yang sangat pelan dan
membuang muka. Seketika Kia terduduk dan berkacak pinggang, karena dia merasa
marah.
“Jangan
bawak-bawak Jodoh dong! Ir kamu tau nggak?” Irwan menggeleng, “Masalah Jodoh
itu sensitif tau!” ucap Kia sambil kembali tidur.
“Kia, hem aku tau nih! Kamu nggak mikirin
jodoh karena kamu mau nungguin aku
jomblo ya!” ucap Irwan dengan nada menggoda kearah Kia, Kia mulai memanyunkan
bibirnya.
“Cuih, ogah aku punya pacar kaya kamu!”
ucap Kia yang sekarang benar-benar beranjak dari tempat tidurnya.
“Tuan putri kamar mandinya di sebelah kanan!” ucap Irwan sedikit berteriak.
“Siapa yang mau mandi, orang mau sarapan!”
ucap Kia sambil terus berjalan menuju ruang makan, dengan terpaksa Irwan
mengikuti Kia menuju raung makan. Kia langsung duduk di kursi dan melihat sudah
tersedia telur mata sapi dan nasi goreng hasil buatan Irwan sebelum dia masuk
kedalam kamar Kia, sementara Irwan mengambil air putih dingin kedalam kulkas.
“Ir kamu yang masak ya?” tanya Kia sambil
menciduk Nasi goreng dari dalam mangkok
kaca yang disediakan Irwan, sebelum menjawab Irwan tampak tersenyum bangga
didepan Kia.
“Ya iyalah, emangnya kamu udah males
mandi, males bangun pagi, nggak bisa masak, terus apa lagi ya?” ucap Irwan
sambil mengingat-ingat semuanya, dan mencoba untuk menggoda Kia yang sedang
makan.
“Ir, ini aku lagi makan lho, jangan buat
mood aku berantakan dong!” ucap Kia sambil terus melahap makanannya, dan malah
dia nambah.
“Ye, kamu! Mood makan berantakan dari mana!
kamu belum mandi makan tiga piring, mau jadi
cewek apaan?” ucap Irwan sambil mencinduk juga nasigorengnya.
“Heheh, nggak apa-apa dong bro! Akukan
jarang-jarang ngerasaain Nasgor kamu yang enak ini!” ucap Kia sambil terus
melahap makanannya.
“Ki, abis ini kita poto yuks?” tawar Irwan
dengan santai.
“Hem, ogah ah, aku mau nulis aja!” ucap
Kia sambil menyudahi makannya.
“Udah deh, masalah nuliskan gampang
sekarang temenin aku dulu!” ucap Irwan
yang juga menyudahi makannya, Kia tampak sedang berfikir tentang tawaran Irwan
yang ada benarnya juga.
“Oke deh, bentar ya aku kekamar dulu!”
ucap Kia meninggalkan Irwan sendirian, sementara Irwan menuju kamarnya untuk
mengambil kameranya.
Irwan kembali keruang makan setelah dia
berhasil membawa kameranya, sementara Kia baru saja mau menutup pintu kamarnya.
Dengan celana jins se lutut, kaos oblong dan kemeja kotak-kotak yang tidak di
kancing suskses membuat Kia begitu tampak tomboy. Kia berjalan sambil menenteng
Ipadnya yang selalu dia bawa kemana-mana. Irwan terkejut dengan penampilannya
yang nggak biasanya ini, Irwan berasa melihat Kia sepuluh tahun yang lalu waktu
mereka masih sama-sama bocah.
“Ki, kamu nggak salah!” ucap Irwan sambil
menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, Kia tersenyum sambil mengangguk
denggan yakin.
Mereka berdua menelusuri jalan-jalan
perkampungan, dan mereka berdua juga sibuk bercanda-canda. Irwan merasa senang
dengan sikap Kia yang salalu periang dan hampir tidak pernah sedih. Irwan juga diam-diam menyimpan rasa dengan
Kia, namun sampai saat ini Irwan tidak pernah jujur pada perasaannya sendiri.
Bahkan Irwan menjadi Playboy hanya karena dia ingin menepiskan semua
perasaannya dengan Kia, Irwan tau Kia tidak akan pernah menyukai sahabatnya
sendiri.
“Ki, cari jodoh yuk!” ucap Irwan dengan
nada bercanda dan menggoda Kia.
“Di perkampungan kaya gini mana ada yang
namanya Jodoh, kamu jangan ngaco deh Ir!” ucap Kia seketika terdiam ketika dia
melihat seorang pemuda desa itu yang lewat, dan Kia sempat tidak memalingkan
matanya untuk melihat pemandangan yang sungguh mempesona itu.
“Jiah, katanya ga ada namanya jodoh di
kampung! Tapi apa...” ucap Irwan mencolek dagu Kia dan berlari menuju bukit.
“Wan kan Cuma heran aja gitu masa ada
cowok seganteng itu di kampung!” ucap Kia dengan nada yang menyangkal bahwa dia
terpesona sama pemuda desa itu.
“Kia, aku ini keren, ganteng, lucu, manis
dan semuanya ada pada aku, dan aku juga berasal dari kampung kok!” ucap Irwan
dengan PD.
“Termaksud jelek juga kan?” tanya Kia
langsung duduk di kursi kayu dekat bukit.
“Hemp, iya kali! Aku nggak pernah
ngebayangin deh kalau suatu saat kita bakal terpisah jauh!” ucap Irwan
tiba-tiba aneh, bahkan membuat Kia berhenti memainkan Ipadnya.
“Kamu ngomong apa?” tanya Kia dengan nada
yang takut akan terjadi apa-apa.
“Ki, aku rendah banget ya? Jadi fotografer
itu salah ya?” tanya Irwan dengan nada
yang serius, Kia menggeleng dengan mantap.
“Semua profesi itu nggak ada yang salah
kok ir!” ucap Kia sambil merangkul
sahabatnya, “Masalah kamu itu apasih Ir? Cerita sama aku dong!” ucap Kia dengan
mantap.
“Nggak ah, aku nggak biasa curhat!” ucap
Irwan sambil membalik badannya, “Pulang yuk aku capek banget nih!”
“Baru juga sebentar ir!”ucap Kia sambil
menarik tangan Irwan yang tiba-tiba kehilangan mood dan tiba-tiba tidak merasa
gembira.
“Kalau kamu nggak mau pulang aku pulang
sendiri aja deh!” ucap Irwan kali ini benar-benar serius, dan kali ini
kata-kata Irwan tidak diindahkan oleh Kia. Bahkan Kia malah sibuk membuat
tulisan yang berikutnya.
Banyak cerita yang tidak pernah Kia tau
tentang Irwan, tentang dia yang dilahirkan hanya untuk membantu kakaknya yang
sakit ginjal dan tentang kehadirannya yang sebenarnya tidak pernah di harapkan.
Di depan semua orang Irwan sukses membuat itu semua tidak pernah terjadi, bahkan hampir semua orang
berfikir bahwa dia adalah pemuda yang paling bahagia yang pernah ada. Di sisi
dalam hati Irwan dia merasa sakit dan tersiksa dengan kenyataan yang terjadi.
Beberapa menit kemudian Irwan sampai
dirumah, dia langsung masuk kedalam kamar dan mengurungkan diri didalam kamar.
Entah kenapa setelah sampai di bukit dia merasa, akan ada hati yang terluka
hari ini. Entah itu hatinya atau itu hati Kia, capek mencari jawaban yang tak
bisa terselesaikan akhirnya Irwan tertidur
dengan pulas. Pukul tiga sore Kia pulang kerumah dengan capek, begitu
sampai dirumah kia menghempaskan badannya di sofa depan sampai akhirnya dia
tertidur pulas.
Sekitar pukul setengah lima sore,
terdengar klakson dua mobil yang datang. Kia sentak terkejut dengan bunyinya
dan ternyata mobil ayah-ibunya dan mobil papa-mama Irwan, sementara Irwan belum
juga turun untuk melihat tamu yang datang siapa. Bagi Irwan nanti juga dia
tahu, dan nanti juga dia akan di panggil kalau ada keperluan dengannya.
“Lho Ayah-Ibu, Om- tante, mas Kevin kok
nyusul?” tanya Kia sambil menyalami satu-satu dari mereka.
“Iya dong, tantekan juga pengen ikutan
liburan!” ucap Mama Irwan sambil merangkul Kevin dengan sayang.
“Lho mana Irwan ?” tanya Ayah Kia sambil
mengangkat barang-barangnya.
“Mungkin masih tidur yah!” ucap Kia sambil
merangkul Ibunya dengan sayang, Kevin langsung menyusul Irwan kedalam kamarnya.
Dan ternyata benar apa yang dibilang Kia bahwa Irwan sedang tidur, tepatnya
sedang berpura-pura tidur. Karena Irwan sama sekali tidak menyangka kalau
liburannya yang diperkirakan akan tenang malah sama saja kaya dirumah. Kevin
mendekati Irwan dengan hati-hati, dia tahu adiknya agak sedikit sensitif kalau
sudah masalah tidur.
“Wan!” ucap Kevin dengan pelan, Irwan
terpaksa bangung mendengar suara Kevin yang besar dan
menggelegar.
“Kenapa kak?” tanya Irwan yang masih
terpejam.
“kamu nggak marah kan sama kakak kalau
kakak ikut gabung di liburan kamu sama Kia?” ucap Kevin dengan nada yang sopan
sekali, namun Irwan hanya mengangguk untuk menjawab pertannyaan dari Kevin.
Malam harinya mereka mengadakan BBQ-an
bersama, kedua keluarga kecil yang harmonis itu tampak bahagia dan menikmati
sekali acara yang jarang-jarang mereka buat itu. bukan hanya untuk bernostalgia
ternyata kedua orang tua mereka mempunyai rencana yang besar di balik
kedatangan mereka, Irwan masih sibuk dengan Gitar yang di petiknya untuk
sekedar menyanyikan lagu-lagu yang sudah terkenal.
“Sebenarnya Mama sama Papa kesini ada
tujuannya!” ucap Mama Irwan dengan santai sambil menuangkan minuman.
“Kita kesini mau menjodohkan Kevin sama
kia!” ucap Ayah Kia dengan pasti tanpa
ragu, seketika gitar yang dimainkan oleh Irwan terhenti. Seperti detak jantung
Irwan sudah tidak berfungsi lagi, mendengar hal itu perasaan Irwan campur aduk
antara marah, kecewa, dan senang melihat kakaknya bahagia.
Sementara Kia hanya tersenyum kecut,
bahkan masih diingat dalam benaknya bahwa dia juga pernah naksir Kevin. Irwan
tidak berkutik apa-apa dia tidak protes,
bahkan dia hanya diam. Air matanya hampir saja di lelehkannya, tapi sayang
dirinya sudah terlanjur kokoh menerima segala hal yang terjadi tentang dia dan
kakaknya yang sangat dia cintai. Dia juga sudah terlanjur terucap, “Kebahagiaan
kak kevin juga akan menjadi kebahagiaan ku”
“Aku tahu kamu nggak setuju dengan
perjodohan ku kan?” tanya Kia pagi itu.
“Siapa yang bilang, asal kamu tau ya ki,
aku seneng banget ngeliat kakak aku mendapatkan orang yang emang selama
ini dia sayangi!” ucap Irwan jutek.
“Ya tapi ngejawabnya jangan nyolot gitu
dong! Kaya orang cemburu aja kamu!” ucap Kia sambil merangkul sohibnyaitu.
“Apa cemburu?” tanya Irwan dianggukan oleh
Kia, “Idih kaya nggak ada cewek lain didunia ini yang bisa aku jadiin pacar
aja, sekalipun didunia ini stok ceweknya Cuma kamu, aku nggak bakalan suka deh
sama kamu!” ucap Irwan meninggalkan Kia sendirian di bangku taman dekat
rumahnya, Irwan berjalan-jalan kebukit
yang semalam sukses membuatnya sakit hati.
Firasatnya ternyata benar, dan hatinya lah
yang akhirnya menjadi sakit. Dan sekarang
dia tidak tahu harus memperbaikinya
gimana, bahkan seorang Irwan Kusuma yang terkenal sebagai seorang playboy
tidak tahu caranya untuk menghilangkan sakit hati yang dideritanya.
“Resep patah hari ya jatuh cinta!” ucap
seseorang dari belakang dan ternyata itu adalah ayahnya Kia, “Dan terkadang
kita harus menyadari apa yang harus menjadi milik kita dan apa yang bukan!”
ucapnya lagi, dan sukses membuat Irwan tidak mengerti dengan perkataannya.
“Om! Kok om ada disini?” tanya Irwan
sambil menggaruk-garuk kepalanya.
“Om tahu kamu kecewa dengan keputusan
kami, tapi om juga tahu kalau Kia itu sangat mencintai Kevin!” ucap Ayah Kia
sambil duduk disebelah Irwan.
“hehe, Irwan sendiri aja nggak tahu apa
yang sedang Irwan rasain!” ucap Irwan sambil tersenyum kecut kearah ayah kia,
“Irwan juga tau kok om, Kia jatuh cinta sama kak Kevin, dan itu bukan sebagai
ancaman atau apalah!”
“Om tahu kamu sudah dewasa, bahkan kamu
adalah anak yang dewasa duluan sebelum anak-anak lain yang pernah om kenal!”
ucap Ayahnya dengan nada yang santai dan sangat berwibawa, “Hanya saja, om
khawatir dengan kondisi Kevin dan apakah Kia menerimanya?”
“Om tenang aja, Kak Kevin akan baik-baik
aja, bahkan dia yang akan mendapingi Kia kelak!” ucap Irwan sedikit besedih,
mendengar penuturan dari ayah Kia.
“Maksud kamu?” tanya Ayah Kia penasaran.
“Nggak papa om! Saya permisi dulu ya om!”
ucap Irwan dengan nada yang ramah dan satun. Sepulang dari bukit, Irwan
langsung berberes barang-barangnya. Dia sudah tidak nyaman dengan suasana ini
bahkan liburannya berantakan karena ini semua.
“Mau kemana kamu?” tegurr papanya dengan
lantang seperti biasa.
“Ada kerjaan pa, jadi musti cepat balik!”
ucap Irwan dengan nada santai dan tenang.
“Buat apa kamu urusin pekerjaan itu! papa
bisa kasih jabatan yang jauh lebih tinggi dari kamu sekarang!” ucap Papanya.
“manager direktur? Untuk kak Kevin aja pa,
dan sekarang biarkan aku dengan apa yang aku suka pa!” ucap Irwan tanpa pamit
kepada papanya, Irwan melihat kakaknya dengan muka yang pucat seperti biasa.
Sampainya didepan pintu Irwan bertemu dengan Kia, dan Kia melihat tingkahnya
yang aneh.
“Mau kemana ir?” tanya Kia dengan santai
sambil memegang tangan Irwan untuk mencegahnya.
“Mau balik! Kamu jagain kak kevin ya!”
ucap Irwan dengan nada yang aneh, “Aku sebenarnya sayang sama kamu ki, tapi
mendengar kamu dengan kak Kevin di jodohin aku bisa berbuat apa ki! Selain
menyelamatkan nyawanya Kak kevin kan?”
“kamu bicara apa sih ir?” tanya Kia sambil
memeluk Irwan dengan sayang.
“Pelukkan ini akan menjadi pelukan
terakhir dari aku ki!” ucap Irwan santai.
Akhirnya Irwan benar-benar pergi dari
hadapan Kia, Irwan membawa mobilnya sendiri. Bahkan dengan hati yang masih
campur aduk, yang masih tidak mengerti kenapa harus ada hal seperti ini yang
akan terjadi. Irwan tidak terlalu fokus dengan menyetirnya, dia tidak pernah
tahu bahwa ada sebuah mobil juga berlainan arah yang sedang laju dan tidak
terkendalikan, akhirnya Irwan tertabrak denganya.
Irwan langsung dibawa dirumah sakit,
bahkan pihak rumah sakit sudah menghubungi seluruh keluarga Irwan. Sesaat Irwan
masih sempat berbicara dengan dokter, “Dok, saya sudah tidak sanggup lagi untuk
bertahan, beberapa hari yang lalu saya sempat cek ginjal dan ternyata bahwa
ginjal saya sama dengan kakak saya, dan saya bisa mendonorkannya kepada dia
dok!”ucap Irwan ketika masih berada diruangan UGD.
“Tolong donorkan ginjal saya untuk beliau
dok!” ucap Irwan yang akhirnya tidak terselamatkan, akhirnya dokter keluar dari
ruangan itu yang langsung dikeruminin oleh keluarnya.
“Maaf pak buk, kami tidak dapat menolong
anak anda!” ucap Dokter sambil menundukan kepalanya, “Saudara Irwan tadi
berpesan kepada saya bahwa dia bersedia mendonorkan Ginjalnya untuk kakanya!”
Setelah kepergian Irwan, Kia tidak lagi
mendapatkan sahabat sebaik Irwan. Yang rela meluangkan waktu hanya untuk
mendengar curhat Kia, membaca novel terbaru dari Kia. “Temanku yang itu memang
unik, semua cewek dia anggap pacarnya tapi sebenarnya tak pernah pacaran,
sampai akhirnya maut memisahkan aku pada temanku yang unik itu, dan membiarkan
aku untuk tetap menjadi satu bagian dari hidupnya yaitu menjadi istri dari
abangnya sendiri!” tutup Kia pada novel terbarunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar