Jumat, 08 Maret 2013

*belum ada judul*

Im come back...
wellcome to my blog
enjoy for reading



      “Selamat pagi tuan putri!” ucap Irwan sambil membuka gorden yang terdapat di kamar Kia, mereka berdua sudah dari kecil sahabatan. Kia adalah seorang penulis muda yang berbekat, sementara Irwan hanya seorang Mahasiswa yang memiliki hoby photography. Tidak ada yang istimewa dari seorang Irwan yang tumbuh bersama dengan Kia. Tapi bak seperti adik-kakak Irwan dan Kia kemana-mana selalu bareng, contohnya saat liburan kali ini.
      “IRWAN!” teriak Kia dari balik selimutnya yang tebal itu, tanpa basa basi Irwan langsung mematikan AC di kamar itu.
      “Ayo dong ki, bangun!” ucap Irwan sambil menarik selimut Kia dengan paksa.
      “Wan? Tau hari ini hari apa?”  tanya Kia sambil merem-melek.
      “Hooh” angguk Irwan dengan kencang, “Hari ini minggu kan!” ucap Irwan enteng dan tidak merasa ada hal aneh apa yang terjadi.
      “Itu tandanya Kamu harus membiarkan aku melakukan Ritual langka ini!” ucap Kia sambil menarik kembali selimutnya, “Dan satu lagi tinggalin aku sendiri!”  ucap Kia dengan nada yang sangat tegas.
      “Heh, ngapain juga kita kesini kalau kamu Cuma tidur doang!” ucap Irwan yang kembali menarik selimut Kia, “Gimana kamu mau dapat jadoh kalau kamu bangunnya jam segini!” ucap  Irwan dengan nada yang sangat pelan dan membuang muka. Seketika Kia terduduk dan berkacak pinggang, karena dia merasa marah.
      “Jangan bawak-bawak Jodoh dong! Ir kamu tau nggak?” Irwan menggeleng, “Masalah Jodoh itu sensitif tau!” ucap Kia sambil kembali tidur.
      “Kia, hem aku tau nih! Kamu nggak mikirin jodoh karena kamu  mau nungguin aku jomblo ya!” ucap Irwan dengan nada menggoda kearah Kia, Kia mulai memanyunkan bibirnya.
      “Cuih, ogah aku punya pacar kaya kamu!” ucap Kia yang sekarang benar-benar beranjak dari tempat tidurnya.
      “Tuan putri kamar mandinya di  sebelah kanan!” ucap Irwan sedikit berteriak.
      “Siapa yang mau mandi, orang mau sarapan!” ucap Kia sambil terus berjalan menuju ruang makan, dengan terpaksa Irwan mengikuti Kia menuju raung makan. Kia langsung duduk di kursi dan melihat sudah tersedia telur mata sapi dan nasi goreng hasil buatan Irwan sebelum dia masuk kedalam kamar Kia, sementara Irwan mengambil air putih dingin kedalam kulkas.
      “Ir kamu yang masak ya?” tanya Kia sambil menciduk Nasi goreng dari  dalam mangkok kaca yang disediakan Irwan, sebelum menjawab Irwan tampak tersenyum bangga didepan Kia.
      “Ya iyalah, emangnya kamu udah males mandi, males bangun pagi, nggak bisa masak, terus apa lagi ya?” ucap Irwan sambil mengingat-ingat semuanya, dan mencoba untuk menggoda Kia yang sedang makan.
      “Ir, ini aku lagi makan lho, jangan buat mood aku berantakan dong!” ucap Kia sambil terus melahap makanannya, dan malah dia nambah.
      “Ye, kamu! Mood makan berantakan dari mana! kamu belum mandi makan tiga piring, mau jadi  cewek apaan?” ucap Irwan sambil mencinduk juga nasigorengnya.
      “Heheh, nggak apa-apa dong bro! Akukan jarang-jarang ngerasaain Nasgor kamu yang enak ini!” ucap Kia sambil terus melahap makanannya.
      “Ki, abis ini kita poto yuks?” tawar Irwan dengan santai.
      “Hem, ogah ah, aku mau nulis aja!” ucap Kia sambil menyudahi makannya.
      “Udah deh, masalah nuliskan gampang sekarang temenin aku dulu!”  ucap Irwan yang juga menyudahi makannya, Kia tampak sedang berfikir tentang tawaran Irwan yang ada benarnya juga.
      “Oke deh, bentar ya aku kekamar dulu!” ucap Kia meninggalkan Irwan sendirian, sementara Irwan menuju kamarnya untuk mengambil kameranya.
      Irwan kembali keruang makan setelah dia berhasil membawa kameranya, sementara Kia baru saja mau menutup pintu kamarnya. Dengan celana jins se lutut, kaos oblong dan kemeja kotak-kotak yang tidak di kancing suskses membuat Kia begitu tampak tomboy. Kia berjalan sambil menenteng Ipadnya yang selalu dia bawa kemana-mana. Irwan terkejut dengan penampilannya yang nggak biasanya ini, Irwan berasa melihat Kia sepuluh tahun yang lalu waktu mereka masih sama-sama bocah.
      “Ki, kamu nggak salah!” ucap Irwan sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, Kia tersenyum sambil mengangguk denggan yakin.
      Mereka berdua menelusuri jalan-jalan perkampungan, dan mereka berdua juga sibuk bercanda-canda. Irwan merasa senang dengan sikap Kia yang salalu periang dan hampir tidak pernah sedih.  Irwan juga diam-diam menyimpan rasa dengan Kia, namun sampai saat ini Irwan tidak pernah jujur pada perasaannya sendiri. Bahkan Irwan menjadi Playboy hanya karena dia ingin menepiskan semua perasaannya dengan Kia, Irwan tau Kia tidak akan pernah menyukai sahabatnya sendiri.
      “Ki, cari jodoh yuk!” ucap Irwan dengan nada bercanda dan menggoda Kia.
      “Di perkampungan kaya gini mana ada yang namanya Jodoh, kamu jangan ngaco deh Ir!” ucap Kia seketika terdiam ketika dia melihat seorang pemuda desa itu yang lewat, dan Kia sempat tidak memalingkan matanya untuk melihat pemandangan yang sungguh mempesona itu.
      “Jiah, katanya ga ada namanya jodoh di kampung! Tapi apa...” ucap Irwan mencolek dagu Kia dan berlari menuju bukit.
      “Wan kan Cuma heran aja gitu masa ada cowok seganteng itu di kampung!” ucap Kia dengan nada yang menyangkal bahwa dia terpesona sama pemuda desa itu.
      “Kia, aku ini keren, ganteng, lucu, manis dan semuanya ada pada aku, dan aku juga berasal dari kampung kok!” ucap Irwan dengan PD.
      “Termaksud jelek juga kan?” tanya Kia langsung duduk di kursi kayu dekat bukit.
      “Hemp, iya kali! Aku nggak pernah ngebayangin deh kalau suatu saat kita bakal terpisah jauh!” ucap Irwan tiba-tiba aneh, bahkan membuat Kia berhenti memainkan Ipadnya.
      “Kamu ngomong apa?” tanya Kia dengan nada yang takut akan terjadi apa-apa.
      “Ki, aku rendah banget ya? Jadi fotografer itu salah  ya?” tanya Irwan dengan nada yang serius, Kia menggeleng dengan mantap.
      “Semua profesi itu nggak ada yang salah kok ir!” ucap Kia  sambil merangkul sahabatnya, “Masalah kamu itu apasih Ir? Cerita sama aku dong!” ucap Kia dengan mantap.
      “Nggak ah, aku nggak biasa curhat!” ucap Irwan sambil membalik badannya, “Pulang yuk aku capek banget nih!”
      “Baru juga sebentar ir!”ucap Kia sambil menarik tangan Irwan yang tiba-tiba kehilangan mood dan tiba-tiba tidak merasa gembira.
      “Kalau kamu nggak mau pulang aku pulang sendiri aja deh!” ucap Irwan kali ini benar-benar serius, dan kali ini kata-kata Irwan tidak diindahkan oleh Kia. Bahkan Kia malah sibuk membuat tulisan yang berikutnya.
      Banyak cerita yang tidak pernah Kia tau tentang Irwan, tentang dia yang dilahirkan hanya untuk membantu kakaknya yang sakit ginjal dan tentang kehadirannya yang sebenarnya tidak pernah di harapkan. Di depan semua orang Irwan sukses membuat itu semua tidak  pernah terjadi, bahkan hampir semua orang berfikir bahwa dia adalah pemuda yang paling bahagia yang pernah ada. Di sisi dalam hati Irwan dia merasa sakit dan tersiksa dengan kenyataan yang terjadi.
      Beberapa menit kemudian Irwan sampai dirumah, dia langsung masuk kedalam kamar dan mengurungkan diri didalam kamar. Entah kenapa setelah sampai di bukit dia merasa, akan ada hati yang terluka hari ini. Entah itu hatinya atau itu hati Kia, capek mencari jawaban yang tak bisa terselesaikan akhirnya Irwan tertidur  dengan pulas. Pukul tiga sore Kia pulang kerumah dengan capek, begitu sampai dirumah kia menghempaskan badannya di sofa depan sampai akhirnya dia tertidur pulas.
      Sekitar pukul setengah lima sore, terdengar klakson dua mobil yang datang. Kia sentak terkejut dengan bunyinya dan ternyata mobil ayah-ibunya dan mobil papa-mama Irwan, sementara Irwan belum juga turun untuk melihat tamu yang datang siapa. Bagi Irwan nanti juga dia tahu, dan nanti juga dia akan di panggil kalau ada keperluan dengannya.
      “Lho Ayah-Ibu, Om- tante, mas Kevin kok nyusul?” tanya Kia sambil menyalami satu-satu dari mereka.
      “Iya dong, tantekan juga pengen ikutan liburan!” ucap Mama Irwan sambil merangkul Kevin dengan sayang.
      “Lho mana Irwan ?” tanya Ayah Kia sambil mengangkat barang-barangnya.
      “Mungkin masih tidur yah!” ucap Kia sambil merangkul Ibunya dengan sayang, Kevin langsung menyusul Irwan kedalam kamarnya. Dan ternyata benar apa yang dibilang Kia bahwa Irwan sedang tidur, tepatnya sedang berpura-pura tidur. Karena Irwan sama sekali tidak menyangka kalau liburannya yang diperkirakan akan tenang malah sama saja kaya dirumah. Kevin mendekati Irwan dengan hati-hati, dia tahu adiknya agak sedikit sensitif kalau sudah masalah tidur.
      “Wan!” ucap Kevin dengan pelan, Irwan terpaksa  bangung  mendengar suara Kevin yang besar dan menggelegar.
      “Kenapa kak?” tanya Irwan yang masih terpejam.
      “kamu nggak marah kan sama kakak kalau kakak ikut gabung di liburan kamu sama Kia?” ucap Kevin dengan nada yang sopan sekali, namun Irwan hanya mengangguk untuk menjawab pertannyaan dari Kevin.
      Malam harinya mereka mengadakan BBQ-an bersama, kedua keluarga kecil yang harmonis itu tampak bahagia dan menikmati sekali acara yang jarang-jarang mereka buat itu. bukan hanya untuk bernostalgia ternyata kedua orang tua mereka mempunyai rencana yang besar di balik kedatangan mereka, Irwan masih sibuk dengan Gitar yang di petiknya untuk sekedar menyanyikan lagu-lagu yang sudah terkenal.
      “Sebenarnya Mama sama Papa kesini ada tujuannya!”  ucap Mama Irwan  dengan santai sambil menuangkan minuman.
      “Kita kesini mau menjodohkan Kevin sama kia!” ucap  Ayah Kia dengan pasti tanpa ragu, seketika gitar yang dimainkan oleh Irwan terhenti. Seperti detak jantung Irwan sudah tidak berfungsi lagi, mendengar hal itu perasaan Irwan campur aduk antara marah, kecewa, dan senang melihat kakaknya bahagia.
      Sementara Kia hanya tersenyum kecut, bahkan masih diingat dalam benaknya bahwa dia juga pernah naksir Kevin. Irwan tidak berkutik apa-apa  dia tidak protes, bahkan dia hanya diam. Air matanya hampir saja di lelehkannya, tapi sayang dirinya sudah terlanjur kokoh menerima segala hal yang terjadi tentang dia dan kakaknya yang sangat dia cintai. Dia juga sudah terlanjur terucap, “Kebahagiaan kak kevin juga akan menjadi kebahagiaan ku”
      “Aku tahu kamu nggak setuju dengan perjodohan ku kan?” tanya Kia pagi itu.
      “Siapa yang bilang, asal kamu tau ya ki, aku seneng banget ngeliat kakak aku mendapatkan orang yang emang selama ini  dia sayangi!” ucap Irwan jutek.
      “Ya tapi ngejawabnya jangan nyolot gitu dong! Kaya orang cemburu aja kamu!” ucap Kia sambil merangkul sohibnyaitu.
      “Apa cemburu?” tanya Irwan dianggukan oleh Kia, “Idih kaya nggak ada cewek lain didunia ini yang bisa aku jadiin pacar aja, sekalipun didunia ini stok ceweknya Cuma kamu, aku nggak bakalan suka deh sama kamu!” ucap Irwan meninggalkan Kia sendirian di bangku taman dekat rumahnya, Irwan berjalan-jalan kebukit  yang semalam sukses membuatnya sakit hati.
      Firasatnya ternyata benar, dan hatinya lah yang akhirnya menjadi sakit. Dan sekarang  dia tidak tahu harus memperbaikinya  gimana, bahkan seorang Irwan Kusuma yang terkenal sebagai seorang playboy tidak tahu caranya untuk menghilangkan sakit hati yang dideritanya.
      “Resep patah hari ya jatuh cinta!” ucap seseorang dari belakang dan ternyata itu adalah ayahnya Kia, “Dan terkadang kita harus menyadari apa yang harus menjadi milik kita dan apa yang bukan!” ucapnya lagi, dan sukses membuat Irwan tidak mengerti dengan perkataannya.
      “Om! Kok om ada disini?” tanya Irwan sambil menggaruk-garuk kepalanya.
      “Om tahu kamu kecewa dengan keputusan kami, tapi om juga tahu kalau Kia itu sangat mencintai Kevin!” ucap Ayah Kia sambil duduk disebelah Irwan.
      “hehe, Irwan sendiri aja nggak tahu apa yang sedang Irwan rasain!” ucap Irwan sambil tersenyum kecut kearah ayah kia, “Irwan juga tau kok om, Kia jatuh cinta sama kak Kevin, dan itu bukan sebagai ancaman atau apalah!”
      “Om tahu kamu sudah dewasa, bahkan kamu adalah anak yang dewasa duluan sebelum anak-anak lain yang pernah om kenal!” ucap Ayahnya dengan nada yang santai dan sangat berwibawa, “Hanya saja, om khawatir dengan kondisi Kevin dan apakah Kia menerimanya?”
      “Om tenang aja, Kak Kevin akan baik-baik aja, bahkan dia yang akan mendapingi Kia kelak!” ucap Irwan sedikit besedih, mendengar penuturan dari ayah Kia.
      “Maksud kamu?”  tanya Ayah Kia penasaran.
      “Nggak papa om! Saya permisi dulu ya om!” ucap Irwan dengan nada yang ramah dan satun. Sepulang dari bukit, Irwan langsung berberes barang-barangnya. Dia sudah tidak nyaman dengan suasana ini bahkan liburannya berantakan karena ini semua.
      “Mau kemana kamu?” tegurr papanya dengan lantang seperti biasa.
      “Ada kerjaan pa, jadi musti cepat balik!” ucap Irwan dengan nada santai dan tenang.
      “Buat apa kamu urusin pekerjaan itu! papa bisa kasih jabatan yang jauh lebih tinggi dari kamu sekarang!” ucap  Papanya.
      “manager direktur? Untuk kak Kevin aja pa, dan sekarang biarkan aku dengan apa yang aku suka pa!” ucap Irwan tanpa pamit kepada papanya, Irwan melihat kakaknya dengan muka yang pucat seperti biasa. Sampainya didepan pintu Irwan bertemu dengan Kia, dan Kia melihat tingkahnya yang aneh.
      “Mau kemana ir?” tanya Kia dengan santai sambil memegang tangan Irwan untuk mencegahnya.
      “Mau balik! Kamu jagain kak kevin ya!” ucap Irwan dengan nada yang aneh, “Aku sebenarnya sayang sama kamu ki, tapi mendengar kamu dengan kak Kevin di jodohin aku bisa berbuat apa ki! Selain menyelamatkan nyawanya Kak kevin kan?”
      “kamu bicara apa sih ir?” tanya Kia sambil memeluk Irwan dengan sayang.
      “Pelukkan ini akan menjadi pelukan terakhir dari aku ki!” ucap Irwan santai.
      Akhirnya Irwan benar-benar pergi dari hadapan Kia, Irwan membawa mobilnya sendiri. Bahkan dengan hati yang masih campur aduk, yang masih tidak mengerti kenapa harus ada hal seperti ini yang akan terjadi. Irwan tidak terlalu fokus dengan menyetirnya, dia tidak pernah tahu bahwa ada sebuah mobil juga berlainan arah yang sedang laju dan tidak terkendalikan, akhirnya Irwan tertabrak denganya.
      Irwan langsung dibawa dirumah sakit, bahkan pihak rumah sakit sudah menghubungi seluruh keluarga Irwan. Sesaat Irwan masih sempat berbicara dengan dokter, “Dok, saya sudah tidak sanggup lagi untuk bertahan, beberapa hari yang lalu saya sempat cek ginjal dan ternyata bahwa ginjal saya sama dengan kakak saya, dan saya bisa mendonorkannya kepada dia dok!”ucap Irwan ketika masih berada diruangan UGD.
      “Tolong donorkan ginjal saya untuk beliau dok!” ucap Irwan yang akhirnya tidak terselamatkan, akhirnya dokter keluar dari ruangan itu yang langsung dikeruminin oleh keluarnya.
      “Maaf pak buk, kami tidak dapat menolong anak anda!” ucap Dokter sambil menundukan kepalanya, “Saudara Irwan tadi berpesan kepada saya bahwa dia bersedia mendonorkan Ginjalnya untuk kakanya!”
      Setelah kepergian Irwan, Kia tidak lagi mendapatkan sahabat sebaik Irwan. Yang rela meluangkan waktu hanya untuk mendengar curhat Kia, membaca novel terbaru dari Kia. “Temanku yang itu memang unik, semua cewek dia anggap pacarnya tapi sebenarnya tak pernah pacaran, sampai akhirnya maut memisahkan aku pada temanku yang unik itu, dan membiarkan aku untuk tetap menjadi satu bagian dari hidupnya yaitu menjadi istri dari abangnya sendiri!” tutup Kia pada novel terbarunya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar